Pengalaman Pribadi : Kisah Misteri Mendaki Gunung di Yogyakarta dan Jawa Tengah .

Pengalaman Pribadi: Kisah Misteri Mendaki Gunung di Yogyakarta dan Jawa Tengah



Mendaki gunung adalah salah satu hobiku. Sebenarnya aku suka mengunjungi semua jenis wisata dari mulai pantai, goa, air terjun, bukit, hingga gunung. Namun, dari sekian banyak tempat wisata, yang paling menantang dan paling seru adalah mendaki gunung. Sebenarnya hobiku mendaki gunung belum lama. Pertama kali aku mendaki gunung adalah pada tahun 2015, hampir 2 tahun setelah aku lulus. Aku katakana menantang karena memenag bahaya mendaki gunung sangatlah besar. Bukan hanya bahaya akan meletusnya gunung berapi yang masih aktif, tetapi juga bahaya akan dinginnya udara gunung, hewan buas hingga makhluk halus yang menunggu gunung. Memang gunung dikenal sebagai pusatnya kerajaan hantu. Setiap gunung pasti memiliki penunggu yang jumlahnya sangat banyak. Namun begitu, hingga kini aku masih dan akan tetap suka mendaki gunung.



Kejadian Misterius di Gunung Api Purba Nglanggeran


gunung api purba nglanggeran hantupediaGunung Nglanggeran adalah gunung api purba yang terletak di Gunung Kidul, Yogyakarta. Karena ketinggiannya hanya beberapa ratus meter saja di atas permukaan air laut, gunung ini menjadi favorit bagi orang yang ingin mencoba mendaki gunung untuk pertama kalinya. Akupun begitu. Gunung Nglanggeran menjadi saksi pertama kalinya aku mendaki gunung. Aku sendiri sudah pernah mendaki gunung Nglanggeran 2 kali. Dan kisah misteri mendaki gunung ini aku dapat ketika mendaki gunung Nglanggeran untuk pertama kalinya.

Saat itu, aku mendaki bersama dengan teman sekolah SMP ku, yang juga belum pernah mendaki gunung sebelumnya, berangkat dari rumah sekitar jam setengah 4 sore. Setelah Sholat Ashar, kami langsung tancap gas mengambil tenda yang sudah kami pesan sehari sebelumnya dan kebetulan searah. Kami menyewa tenda di daerah dekat XT Square Yogyakarta. Setelah itu, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju gunung api purba Nglanggeran karena takut kesorean.

Berbekal mie instan sebanyak 4 buah, kami tiba di basecamp gunung Nglanggeran sekitar pukul 5 sore. Setelah membayar tiket, kami langsung bergegas naik ke atas. Awalnya, kami sangat semangat naik ke atas dan berharap bias melihat sunset dari atas gunung karena katanya untuk sampai ke puncak hanya butuh waktu sekitar setengah jam. Namun karena kami baru pertama kalinya mendaki gunung, kapi pun sedikit pesimis bias sampai ke puncak sebelum matahari terbenam.

Selangkah demi selangkah kami daki gunung purba itu. Semakin jauh dan naik semakin berat beban di tas kami yang kami gendong. Memang isinya ada beberapa botol besar air mineral beserta tenda ukuran 4 orang. Kami memang mendaki ber-empat. Ada beberapa pos di gunung api purba itu dan di setiap pos kami berhenti sejenak untuk mengatur napas sambil minum seteguk air. Sebelum matahari terbenam, kami juga menyempatkan berfoto selfi bersama sama menggunakan kamera hp temanku dengan bantuan tongsis yang baru kubeli beberapa hari sebelum mendaki. Memang aku berniat membeli tongsis agar bias berselfie saat mendaki gunung Nglanggeran.

Sebelum sampai ke puncak, matahari telah tenggelam. Mungkin karena kami terlalu lama istirahat di setiap pos ataupun karena kami terlalu asik berselfie hingga lupa waktu. Karena jalur pendakian sudah gelap, kami menyalakan senter untuk menerangi jalan agar bias mendaki dengan selamat. Beberapa saat sebelum sampai puncak, kami tertarik dengan plang yang bertuliskan Sumber Mata Air Comberan. Konon, sumber mata aur yang letaknya tak jauh dari puncak gunung api purba Nglanggeran ini memiliki khasiat bias membuat orang terutama wanita awet muda.

Kami hanya penasaran saja dan ingin melihatnya langsung bagaimana wujud sumber mata air tersebut. Akhirnya, kami berbelok arah menuju sumber mata air tersebut. Sesampainya di lokasi sumber mata air comberan itu, kami ingin berfoto selfie untuk mengabadikan momen. Namun saat aku henda mengambil tongsis di dalam tas, aku tak menemukannya. Padahal jelas jelas aku menaruhnya di dalam tas dan teman temanku juga melihatnya.

Memang di area ini kita harus menjaga kesopanan. Selain tidak boleh berkata kotor, katanya kita juga tidak boleh berfoto foto. Mungkin ini ada hubungannya dengan hal mistis sehingga tiba tiba tongsisku hilang padahal tadinya ada di dalam tas. Karena itu, kami akhirnya tidak jadi berfoto di sana dan melanjutkan perjalanan ke puncak gunung. Tak lupa kami mengucap salam untuk pamit kepada penunggu di area itu agar tak terjadi hal mistis yang tidak diinginkan lagi.

Setelah beberapa menit berjalan dari Sumber Mata Air Comberan, akhirnya terlihatlah beberapa senter di atas sana yang berasal dari para pendaki yang sudah mendirikan tenda di area camping ground yang telah disediakan. Kami tiba di puncak sekitar pukul 7 malam. Kami pun segera mendirikan tenda agar bisa beristirahat setelah capek berjalan menanjak. Dari kami berempat, hanya ada 1 orang yang bias mendirikan tenda. Kami yang tidak bisa hanya membantu mendirikannya. Akhirnya tenda pun berdiri dan kami bisa beristirahat sejenak untuk melepas lelah.

Udara dingin menyelimuti malam itu. Hujan rintik rintik terus turun dari langit membuat malam semakin dingin. Kami yang berencana membuat api unggun pun membatalkan niat dan lebih memilih bermain kartu remi di dalam tenda yang berisi 4 orang ini. Sesekali kami menyeruput kopi yang sudah dingin terkena angin malam. Dari arah tenda tenda lain terdengar para pendaki lain yang juga asyik bermain entah apa. Tak terasa kami bermain kartu sambil ngobrol tak jelas arahnya hingga jam 1 malam. Tenda tenda lain pun sudah mematikan lampu tendanya pertanda mereka sudah tidur. Kami yang minum kopi malah taka da rasa kantu sama sekali, padahal esok harus bersiap bangun pagi untuk melihat indahnya sunset dari atas gunung.

Kami pun berusaha untuk tidur agar bisa bangun pagi di esok hari. Segera kami bereskan apapun yang ada di dalam tenda agar nyaman untuk tidur. Kemudian kami matikan lampu tenda agar tak terganggu dan bisa tidur. Beberapa menit setelah mematikan lampu tenda, 2 orang temanku sudah tidur dengan nyenyaknya. Suara mendengkur jadi tanda kalau mereka sudah benar benar terlelap. Namun aku dan seorang teman lagi belum juga bisa tidur. Dinginnya malam memang membuat bulu kuduk kami berdiri. Namun kali ini lain. Seperti ada sesuatu yang mengawasi kami dari luar tenda.

Benar saja, terdengar suara sandal seperti orang berjalan mengelilingi tenda kami. Aku berbisik sambil bertanya pada temanku yang belum tidur, tapi temanku malah ketakutan dan lebih memilih sembunyi di balik selimut. Aku juga berpikir cuek saja, toh semua barang berharga sudah ada di dalam tenda, aku piker semuanya akan aman. Tapi suara itu terus terdengar. Aku yang tak nyaman dengan keadaan ini segera menyalakan lampu tenda agar siapapun yang ada di luar tenda itu tidak mengganggu.

Namun justru terlihat seperti ada orang uang meraba tenda di bagian atas. Terlihat 2 buah telapak tangan mengecap terlihat tenda bagian atas. Telapak tangan itu semakin terlihat jelas dan nampak tak wajar karena ukurannya lebih besar dari ukuran telapak tangan orang pada umumnya. Aku berusaha membangunkan teman yang lain namun mereka tak menggubris. Setelah beberapa saat, tiba tiba telihat seperti bayangan wajah lengkap dengan mata, hidung dan mulut. Aku semakin ketakutan. Ternyata satu orang temanku juga belum tidur dan melihatnya. Kami salaing menatap penuh ketakutan.

Beberapa saat kemudian, bayangan wajah yang terlihat dari dalam tenda itu kedua matanya menyala merah. Kamipun langsung berteriak, tak sadar kalau kami sedang berada di tenda di atas gunung. Karena teriakan kami, para pendaki yang mendirikan tenda di sekitar tenda kami langsung keluar dari tendanya dan tak lama langsung memenuhi sekitar tenda kami. Temanku yang tertidurpun juga kaget dengan teriakan aku dan temanku yang belum tidur tadi.

Sadar karena banyak orang yang berada di luar tenda kami, kamipun segera keluar. Kemudian salah seorang dari mereka ada yang bertanya kepada kami kenapa sampai berteriak dengan keras. Aku pun bercerita apa yang baru saja kami lihat. Ternyata, orang yang bertanya tersebut adalah warga sekitar gunung Nglanggeran yang memang kebetulan sedang berkemah di sana juga. Ia memberitahu kami kalau gunung Nglanggeran memang angker, bahkan menjadi salah satu kerajaan jin di Yogyakarta. Ia juga sering mendapati orang yang melihat penampakan penampakan ketika berkemah di gunung api purba ini.

Kamipun kaget mendengar cerita orang itu. Kami tak mengira kalau di gunung juga angker, meskipun Gunung Api Purba Nglanggeran termasuk gunung yang pendek. Setelah mendengar cerita itu, kami sedikit takut dan lebih memilih membuka pintu tenda sambil tiduran di dalam. Kami juga menyalakan lampu tenda hingga pagi. Syukurlah hingga pagi tak ada lagi penampakan apapun dan kami bisa menikmati sunrise di puncak gunung. Kamipun pulang dengan selamat dan penuh kesan. Meskipun sempat melihat penampakan yang menyeramkan, namun kesan mendaki gunung membuat kami ingin menjelajahi gunung lain. Kami pun berencana untuk mendaki gunung yang lebih tinggi lagi.


Setan Usil di Gunung Andong, Magelang


gunung andong hantupediaGunung Andong adalah gunung yang terdapat di Magelang, Jawa Tengah. Karena tidak terlalu tinggi, di bawah 2000 mdpl, maka gunung ini juga sering menjadi tempat bagi para pendaki yang masih pemula. Jalannya yang mudah dan tidak terlalu menanjak membuatnya mudah “ditaklukkan”. Untuk mendaki gunung ini, hanya diperlukan tak lebih dari 2 jam dari basecamp hingg puncak. Namun, waktu itu kami mendaki lebih dari 3 jam karena ada salah seorang teman kami yang hampir pingsan.

Di sini, kami juga punya kisah misteri mendaki gunung yang tak terlupakan. Saat itu kami sampai ke basecamp sekitar setengah 6 sore. Kami berangkat dari Jogja 6 orang. Jadi, kami membawa 2 tenda yang berkapasitas 3-4 orang. Sesampai di basecamp gunung Andong, kami beristirahat sejenak sambil menunggu maghrib. Rencananya kami ingin melihat sunset dari atas gunung juga namun karena sempat beberapa kali tersesat akhirnya kami sampai terlalu sore.

Setelah adzan maghrib berkumandang, kami sholat terlebih dahulu. Setelah sholat maghrib berjamaah, kami segera memulai mendaki gunung Andong selangkah demi selangkah. Tak lupa kami berdoa terlebih dahulu agar selamat hingga pulang esok. Kami berhenti beberapa kali karena ada teman kami yang badannya paling gemuk merasa lelah dan pusing. Bahkan ketika sampai setengah jalan, kami teman kami yang gemuk itu muntah muntah dan hampir pingsan.

Ia pun disuruh minum obat masuk angina agar segera merasa sehat kembali. Namun, tetap saja ia belum kuat melanjutkan perjalanan. Bahkan ia sempat tertidur. Kami tetap menunggu hingga ia sehat karena tak mungkin kami meninggalkannya sendirian apalagi harus menggendongnya hingga puncak. Sepanjang perjalanan, kami hanya ber enam dan tidak ada pendaki lain yang mendaki. Mereka sudah berada di puncak gunung semuanya.

Tiba tiba, teman kami yang tertidur tadi bangun dan kaget. Katanya ada yang menyenggol dan membangunkannya tadi, padahal kami sedang asyik ngobrol ngalor ngidul gak jelas. Kami mengira dia hanya mengigau atau mungkin mimpi sesuatu. Namun ia tetap bersikeras kalau tadi benar benar ada yang membangunkannya dambil menjawil kakinya. Lalu siapa yang membangunkan teman kami itu? Setelah bangun, ia masih muntah muntah lagi. Namun beberapa menit kemudian ia merasa badannya sudah sehat kembali dan siap melanjutkan perjalanan hingga puncak gunung Andong.

Di perjalanan ke puncak gunung Andong, aku berada di paling belakang, untuk berjaga jaga agar tidak ada yng ketinggalan. Tiba tiba ada yang mencolek lenganku dari belakang. Karena sadar kami adalah satu satunya rombongna pendaki yang belum sampai puncak dan aku berada di paling belakang, aku pun kaget. Segera aku menoleh ke belakang, namun tak terlihat siapa siapa. Aku ceritakan ke teman temanku, ada yang percaya namun ada pula yang tidak.

Saat melanjutkan perjalanan, beberapa menit kemudian giliran temanku yang berada tepat di depanku yang merasa ada yang menepuk punggungnya. Kebetulan dia tidak menggendong tas gunung sehingga punggungnya sangat jelas terasa jika ditepuk. Tiaba tiba ia bertanya padaku kenapa aku menepuk punggungnya. Aku pun keheranan karena aku sama sekali tidak menepuk punggungnya. Aku di paling belakang hanya focus melangkah menanjak sambil mengatur nafas karena menggendong tas gunung yang isinya sangat berat.

Karena sudah hampir sampai dan merasa takut jika memang ada makhluk halus yang usil, kamipun mempercepat langkah agar cepat sampai di puncak gunung Andong yang mana banyak para pendaki lain yang sudah mendirikan tenda di sana sehingga merasa lebih aman. Sambil menahan rasa lelah dan letih akhirnya kami berjalan lebih cepat meskipun saat itu diiringi kabut yang lumayan tebal. Akhirnya sekitar pukul setengah 10 kami sampai di puncak gunung Andong.

Segeralah kami mendirikan tenda di bawah anging yang berhembus kencang dank abut yang menyelimuti malam. Di sekitar kami ada para pendaki lain yang membuat api unggun, membakar sate, hingga bernyanyi-nyanyi untuk menutupi dinginnya malam. Kamipun membuat kopi panas dan juga mie instan untuk mengurangi rasa dingin dan menghindari kelaparan di tengah malam.

Sekitar pukul 12 malam, hujan rintik rintik pun turun. Anginnya juga semakin kencang seakan membuat tenda tenda kami hampir terbang. Kami pun memutuskan untuk masuk tenda masing masing dan tidur. 1 tenda kami terdiri dari 3 orang. Aku tidur di pinggir sedangkan 2 orang teman lagi di samping kananku. Ketika hendak memejamkan mata, sekali lagi ada yang mencolekku. Kali ini di bagian telinga. Sadar kalau 2 orang temanku berada di samping kanan, akupun kaget dan membuka mata. Ternyata kedua orang temanku yang tidur setenda denganku sudah memejamkan mata meskipun belum tertidur.

Aku pikir, mungkin memang ada makhluk halus yang usil padaku. Dinginnya malam ditambah lagi dengan keusilan makhluk halus di gunung Andong ini membuatku malam itu semakin merinding. Ternyata temanku yang tidur di tenda sebelah ada juga yang mengalami kejadian serupa. Kamipun tidur dengan lampu menyala dan tidak lupa berdoa. Meskipun tidak ada penampakan yang nyata, tapi keusilan keusilan penunggu yang ada di gunung Andong membuat kami semua merinding. Namun, pagi harinya kami bisa menikmati indahnya sunrise dan pulang dengan selamat. Meskipun menyenangkan, namun tetap saja ini merupakan salah satu kisah misteri mendaki gunung yang pernah aku alami bersama teman temanku.

Misteri Gunung Merapi (Bukan Mak Lampir 😀 )


gunung Merapi hantupediaGunung Merapi adalah salah satu gunung yang paling terkenal di Yogyakarta dan Jawa. Gunung ini juga legendaris dan merupakan salah satu yang masih aktif di dunia. Jika kita mendengar kalimat “misteri gunung Merapi”, yang terlintas di benak kita pasti Mak Lampir. Sosok nenek tua yang berilmu sakti ini sangat identic dengan kisah misteri gunung Merapi. Bahkan, kisah Mak Lampir ini juga dijadikan film yang berjudul Misteri Gunung Merapi. Gunung Merapi sendiri letaknya di sebelah utara kabupaten Sleman. Namun, di sini aku bukan mau bercerita tentang Mak Lampir Karen waktu aku mendaki ke gunung Merapi, aku tak bertemu Mak Lampir, namun ada kisah misteri lainnya.

Saat itu, kami ber enam berencana mendaki gunung Merapi. Rencana ini terbilang mendadak karena baru terlintas pada siang hari dan kemudian langsung berangkat pada malam harinya. Beruntung kami bisa berangkat ber enam, jadi lumayan rame. Kami berangkat dari daerah Gamping sekitar pukul setengah 7 selepas Sholat maghrib. Sambil mampir makan dan lain lain, kami samapi basecamp gunung Merapi sekitar pukul 10. Normalnya, mendaki gunung Merapi membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 jam tergantung stamina.

Karena sudah jam 10 dan takut tidak mendapat sunrise, kami langsung bergegas mulai mendaki ke puncak. Langkah demi langkah kami lalui sambil bercanda agar rasa lelah tidak terlalu terasa. Namun dinginnya malam dan udara gunung tidak tertahankan. Aku bukan hanya merangkapi pakaianku dengan jaket tebal tetapi juga mantel, karena saat itu agak gerimis juga. Sepanjang perjalanan, pos demi pos kami lalui dengan lancar dan aman. Hanya sesekali istirahat terutama di tiap pos karena kaki kami yang rasanya seperti hampir lumpuh saking capeknya. Namun kami tetap bertahan karena ingin melihat keindahan sunrise.

Tak disangka ternyata kami sudah sampai di pasar bubrah sekitar jam 3. Durasi yang lumayang cepat bagi pendaki amatir sepertiku. Kami memang berencana mendirikan tenda di pasar bubrah atau yang biasa disebut pasar setan. Tiap gunung memang memiliki pasar setan tak terkecuali gunung Merapi. Memang saat ini para pendaki dilarang mendaki hingga puncak, hanya diperbolehkan sampai pasar bubrah ini, meskipun banyak pendaki yang ngeyel dan tetap sampai ke puncak, mendirikan tenda di sana, hingga selfie di puncak gunung Merapi yang biasan di kenal dengan puncak Garuda ini.

Segeralah kami mendirikan tenda untuk beristirahat agar bisa berlindung dari dinginnya malam itu. Kami berencana bangun sekitar jam 5 dan menunggu matahari terbit sekitar jam 6. Setelah tenda berdiri, kami segera masuk dan memakai sleeping bag agar tak terlalu dingin. Kami berenam tidur dalam satu tenda karena memang kami menyewa tenda yang berkapasitas 6 orang. Jadi, tenda yang kami dirikan lumayan besar.

Karena sudah sangat lelah dan dingin, kami tak sempat ngobrol ngobrol lama dan ingin langsung tidur. Tak lupa kami pasang alarm agar tidak bangun kesiangan. Baru beberapa menit, tak terasa mataku sudah terpejam. Sebelum akhirnya bangun lagi karena mendengar suara yang sangat ramai layaknya di pasar. Ada yang ngobrol, teriak teriak, dan suara aktifitas aktifitas seperti di pasar. Aku yang baru kali ini mendaki di gunung Merapi begitu bingung, bagaimana ada suara seramai ini di atas gunung? Ternyata yang mendengar suara gemuruh pasar bukan hanya aku, tapi juga semua teman temanku.

Saat aku tanya ke temanku yang pernah mendaki di gunung Merapi ini, dia bilang kalau hal ini memang sudah biasa. Suara banyak orang ramai seperti di pasar memang sudah menjadi “makanan” bagi para pendaki gunung sejati. Itulah kenapa tempat ini disebut pasar bubrah atau pasar setan. Karena memang ada suara ramai layaknya di pasar, namun tidak ada wujudnya. Saat aku tengok di luar tenda pun tak ada orang yang terlihat bertransaksi layaknya di pasar. Namun suara it uterus terdengar hingga menjalang subuh.

Aku yang baru pertama kali mengetahui hal ini merasa sangat terganggu hingga tidak bisa tidur hingga subuh. Selain terganggu, aku juga merasa merinding karena hal ini. Setelah suara pasar setan itu berhenti, aku baru bisa tidur setelah subuh. Aku pun tidaur sebentar sebelum akhirnya bangun jam setengah 6. Lalu, kami ber enam menyaksikan sunrise yang begitu indah, mungkin sunrise terindah yang pernah aku lihat. Tak lupa kam berforto foto untuk mengabadikan kenangan yang luar biasa ini.

Kini, aku bisa menceritakan apa yang aku rasakan di gunung Merapi, bukan hanya keindahannya tetapi juga misterinya. Hingga kini, aku juga masih bingun bagaimana bisa ada suara gemuruh dari orang orang yang sangat terdengar ramai seperti di pasar padahal tidak ada wujudnya. Hal yang sulit dipercaya mengingat itu berada di atas gunung yang tingginya hampir 3000 mdpl ini. Benarkah kalau itu adalah suara setan setan? Mungkinkah memang ada pasar setan yang mana tak kasat mata? Yang pasti, gunung Merapi selain ditakuti karena statusnya yang masih aktif tetapi juga menyimpan banyak Misteri. Itulah kenapa banyak orang yang tidak berani mendaki gunung Merapi.

Gunung Sumbing, Sepi Pendaki Tapi Ramai Makhluk Halus


gunung sumbing hantupediaGunung selanjutnya yang pernah kudaki adalah gunung Sumbing. Gunung ini juga terletak di Magelang, Jawa Tengah. Ketinggian gunung ini lebih dari 3000 mdpl sehingga menjadi gunung tertinggi ke dua di Jawa Tengah setelah gunung Slamet. Gunung ini juga termasuk dari 3 S (Slamet, Sumbing, Sindoro) yang mana biasanya hanya didaki oleh para pendaki professional. Namun, waktu itu aku nekat memilih gunung Sumbing meskipun aku tahu kalau ini bakal sangat berat.

Aku mendaki dengan rombonganku 7 orang. Kami memang memiliki keinginan untuk mendaki seluruh gunung di Indonesia termasuk gunung Rinjani yang menjadi impian setiap para pendaki gunung di Indonesia. Kami mendaki gunung Sumbing dalam rangka menyambut tahun baru. Ini adalah kali pertama aku merayakan tahun baru di atas gunung.

Waktu itu, kami berangkat sehabis sholat maghrib. Kami berangkat dengan 4 motor dengan berboncengan di mana salah satu dari kami ada yang sendirian. Selama perjalanan kami selalu beriring iringan meskipun sempat ada salah satu dari kami yang salah arah karena kurang komunikasi. Sebenarnya saat itu badanku sedang tidak fit karena masih demam yang belum sembuh. Bahkan aku juga tidak makan sebelum berangkat.

Sampai di basecamp, kami tidak mau berlama lama istirahat karena tahu kalau ini bakal memerlukan waktu yang lama. Untuk sampai ke puncak, dibutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 jam dengan pendakian normal. Karena termasuk salah satu gunung dengan medan yang paling susah dan juga ketinggiannya yang lumayan, tidak banyak orang yang berani mendaki gunung ini. Bahkan, waktu itu tidak ada rombongan lain yang bersama kami untuk mendaki, mungkin rombongan lain sudah mendaki sejak sore tadi.

Tak lupa kami berdoa dulu sebelum mulai mendaki. Medan yang berat memang membuatku cukup kewalahan “menaklukkan” gunung ini. Untuk mencapai pos 1 saja rasanya berat, lama dan sangat capek. Kami sempat beberapa kali istirahat hanya untuk mencapai pos 1. Namun, untungnya tidak ada maslah apapun termasuk aku yang sebenarnya belum sehat benar. Sambil minum Tolak Angin, aku melanjutkan perjalanan bersama rombongan.

Di tengah tengah pejalanan, salah satu dari temanku ada yang mencium bau sesuatu yang sangat menyekat, seperti bau kemenyan katanya. Awalnya hanya satu orang yang mencium baunya tapi lama kelamaan semua rombongan mencium bau kemenyan itu, hanya aku yang tidak. Mungkin karena saat itu aku sedang flu dan sedikit masih demam sehingga indera penciumanku kurang tajam. Kami semua mencoba berpikir positif dan berdoa semoga tidak terjadi apa apa.

Namun saat kami istirahat sebentar untuk melepas lelah, aku dan 2 orang temanku melihat rambut panjang yang berasal dari atas pohon. Pohon tersebut lumayan tinggi. Kami melihat kea rah atas pohon dan ternyata ada sesosok wanita dengan rambut yang sangat panjang, mungkin sekitar 3 meter, melebihi panjang badannya. Jelas itu bukan wanita biasa. Logikanya, mana ada wanita duduk di atas batang pohon yang tingginya sekitar 5 meter di tengah hutan di gunung dengan rambut yang panjangnya di atas normal.

Sepontan kami bertiga pun lari terbirit birit. Empat orang teman lainnya pun tidak sempat menengok ke arah pohon itu dan langsung ikut kami lari. Setelah kira kira cukup jauh, kami berhenti karena nafas rasanya sudah mau habis. Lari dalam keadaan capek serta takut dan medan yang terjal membuat kami semua hampir pingsan. Benar benar tidak ada orang lain selain kami ber tujuh saat itu. Mungkin pendaki lainnya sudah terlelap tidur atau mungkin juga lewat jalur lain, karena gunung Sumbing memiliki beberapa jalur pendakian, termasuk jalur dari Wonosobo.

Untuk masalah wanita di atas pohon berambut panjang tadi, aku sendiri hanya melihat dari arah samping sehingga tidak terlalu jelas wajahnya. Namun satu di antara tiga dari kami yang melihat tadi katanya melihat wajahnya dengan jelas. Katanya, matanya melotor dan berwarna putih semua. Pantas saja ia yang paling gemetaran hingga saat berceritapun masih gemetaran. Aku yang tidak melihat wajah hantu wanita itupun masih terbayang baying sepanjang perjalanan, apalagi temanku yang melihatnya secara jelas.

Kejadian misteri mendaki gunung Sumbing tak berhenti sampai situ. Sampai pos 3, kami harus segera membuat tenda karena gerimis datang. Kami mencari tempat yang datar untuk mendirikan 2 tenda. Untungnya, kedua tenda sudah berdiri sebelum hujan semakin deras. Kami pun segera masuk tenda dan beristrahat. Sekitar setengah jam kami beristirahat, aku pun sempat tertidur. Namun, hujan belum reda, masih sedikit gerimis. Akhirnya kami menunggu sekitar 15 menit lagi. Karena mengejar sunrise, mau tak mau kami harus melanjutkan perjalanan yang masih sekitar 2 jam an lagi.

Setelah mengemasi tenda lagi, kami berangkat dengan semangat baru menuju puncak gunung angker ini. Aku sebut angker karena sudah kejadian kalau ada penunggu di gunung yang menjulang tinggi ini. Di tengah perjalanan, kami hanya focus berjalan menanjak dan menajak. Pelan tapi pasti, kami memaksa kaki kaki yang sudah kelelahan ini untuk terus berjalan menanjak. Saking capeknya, kami tidak ngobrol satu sama lain. Tidak ada rombongan lain yang terlihat baik di depan ataupun belakang kami.

Saat melewati sebuah jalan yang kanan kirinya jurang, tiba tiba kami dikagetkan oleh suara wanita yang bilang “hati hati ya mas”. Suara itu seperti berasal dari sebelah kanan kami. Padahal kanan dan kiri kami jelas jelas adalah jurang. Mana mungkin ada wanita yang di dalam jurang yang dengan entengnya menyapa kami seperti itu. Sontak kami semua kaget dan langsung lari ngacir. Meskipun kanan kiri jurang, kami seakan tek mempedulikannya dan terus berlari. Untungnya di situ medannya tidak terlalu menanjak dan bisa dibilang landai. Jadi kami bisa berlali agak cepat hingga sampai ke jalan yang lebih luas, meskipun sambil menahan beban berat di tas gunung yang digendong.

Rupanya, gunung Sumbing benar benar angker. Kejadian kejadian mistis ini benar benar kami alami. Meskipun menyisakan rasa takut yang mendalam, kami “sedikit bersyukur” karena dengan bertemu makhluk halus tadi artinya kami bisa mencapai puncak lebih cepat dan tepat waktu. Benar saja, beberapa saat setelah mencapai puncak, matahari pun terbit. Dengan raut wajah yang masih terlihat sangat letih, kami bisa menikmati tahun baru di puncak gunung tertinggi ke dua di Jawa Tengah ini.

Setelah puas menikmati puncak gunung Sumbing, kami beristirahat sejenak sambil membuat mie instan untuk sarapan sebelum turun gunung. Saat turun gunung, kami teringat pada kejadian kejadian tadi malam. Setiap kali melewati tempat kejadian yang horror tadi malam, kami masih merasa merinding meskipun matahari sudah semakin tinggi. Saat turun, kami juga berbarengan dengn beberapa rombingan pendaki. Akhirnya kami sampai ke basecamp siang dan langsung pulang agar bisa beristirahat.


Kisah Nyata di Gunung Lawu, Gunung Terangker se Indonesia


gunung lawu hantupediaMungkin inilah kisah misteri mendaki gunung yang paling menakutkan. Bagaimana tidak, kami mendaki gunung yang disebut sebut sebagai yang paling angker se Indonesia. Gunung yang kumaksud adalah gunung Lawu. Gunung ini terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banyak sekali mitos dan cerita cerita misteri yang memang pernah dialami oleh para pendaki di sana. Aku pun awalnya ragu untuk mengiyakan ajakan teman temanku untuk mendaki di gunung Lawu. Namun, akhirnya aku mau karena ada 3 orang temanku yang memang sudah bisa dibilang professional. Mereka pun semuanya pernah mendaki gunung Lawu.

Ada beberapa jalur pendakian yang ditawarkan oleh gunung angker ini. Gunung ini juga termasuk salah satu gunung tertua di Indonesi, dan merupakan gunung purba. Setelah mempersiapakn segala sesuatu, termasuk mental, kami berangkat ke basecamp gunung Lawu. Sesuai ajakan teman temanku, kami 8 orang mendaki lewat jalur Candi Cetho. Sedikit was was karena candi cetho katanya merupakan jalur pendakian yang paling angker.

Namun karena kami bersama 8 orang, makanya ketakutan itu sedikit berkurang. Kali ini, kami benar benar mempersiapkan diri. Jika biasanya kami berangkat pada malam hari, kali ini kami berangkat pada siang hari sehingga sampai ke basecamp jalur candi cetho sekitar jam 3 sore. Setelah beristirahat dan membayar karcis di loket, kami serombongan 8 orang bergegas mulai mendaki perlahan lahan. Pendakian gunung lawu lewat jalur candi cetho sendiri diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 jam.

Sekitar setengah 4 kami mulai mendaki. Di jalur pedakian candi cetho sendiri terdapat 5 post yang bisa digunakan untuk beristirahat. Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 terasa lama sekali sekitar 1,5 jam termasuk istirahat beberapa kali. Tidak ada masalah berarti selain capek karena masih hari masih sore dan belum gelap. Sekitar jam 5 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Dari pos 1 menuju pos 2 ini medannya lumayan mudah. Lebih mudah daripada menuju pos 1. Kami sampai k epos 2 sekitar 1 jam saja dan istirahat tidak terlalu lama.

Namun dari sesampai pos 2 hari sudah mulai gelap, kami pun harus lebih berhati hati dan menyalakan senter agar bisa melihat jalan sekitar saat mendaki. Kami masih sangat bersemangat pada perjalanan menuju pos 3 ini. Awalnya dari pos 2 menuju pos 3 ini ada 1 rombongan yang bersama kami namun mereka berjalan terlalu cepat hingga kami pun tertinggal jauh. Yang penting kami serombongan selalu bersama, itu tidak masalah karena kebersamaan adalah prinsip dalam mendaki gunung.

Di sini mulai terjadi keanehan yang kami alami. Sebelum sampai pos 3, kami bertemu dengan seorang kakek tua membawa tongkat. Kami lihat dari belakang sepertinya dia kesulitan untuk berjalan. Tapi anehnya, bagaimana bisa kakek tua itu sampai ke sini? Melihat cara jalannya yang susah saja sepertinya tidak masuk akal, apalagi saat itu sudah malam hari, tidak membawa penerangan sama sekali, dan tidak ada yang menemani sama sekali.

Kami pun sempat ngobrol ngobrol dengan kakek tua itu. Sepertinya kakek tua itu sangat sehat dan memiliki banyak pengetahuan tentang gunung Lawu ini karena selama kami ngobrol ia banyak membahas tentang sejarah dan angkernya gunung Lawu dari mulai tempat tempat yang harus diwaspadai dan makhluk makhluk halus yang banyak menunggu gunung tua ini. Setelah ngobrol panjang lebar, kami bingung apakah akan meninggalkan kakek ini sendirian di sini atau menemaninya. Jika menemani, kami tidak akan sampai ke puncak namun jika meninggalkannya sepertinya tidak tega. Namun kakek itu meyakinkan kami agar melanjutkan perjalanannya dan berpesan agar kami berhati hati.

Akhirnya kami pamit untuk mendahului kakek tua itu. Aku sendiri merasa masih tidak tega ada kakek tua di tinggal sendirian di tengah gunung seperti ini. Baru beberapa langkah, aku menengok ke belakang melihat kakek tua itu. Sayangnya aku tak menemukan kakek itu lagi. Ternyata kakek tua itu sudah tidak ada. Bukan hanya aku, teman temanku juga kaget ke mana hilangnya kakek tua itu, padahal di tempat itu tempatnya lumayan luas. Kami mencari cari sebentar dengan senter kami, namun kakek misterius itu benar benar sudah menghilang.

Rasanya jadi menrinding setelah kejadian ini. Ada salah seorang temanku yang menanggapinya dengan santai dan mengatakan kalau kakek tua itu adalah jelmaan makhluk halus yang baik, mengingatkan kita agar berhati hati. Kami pun segera melanjutkan perjalanan dan tidak mau memikirkan kakek misterius itu terlalu lama. Beberapa menit berselang, kami pun sampai di pos 3. Di pos 3 ini, kami tidak beristirahat lama karena sudah beristirahat lama saat berbincang dengan kakek misterius tadi. Namun di pos 3 ini kami bertemu dengan 3 orang pendaki yang katanya juga mengalami kejadia serupa bertemu dengan kakek misterius itu.

Kami pun berangkat dari pos 3 menuju pos 4 bersama dengan rombongan 3 orang tadi. Namun lagi lagi kami terlalu banyak istirahat dan mereka berjalan lebih dulu. Dari pos 3 menuju pos 4, kami sudah mulai merasa sangat lelah sehingga sebentar sebentar butuh istirahat. Kira kira butuh waktu sekitar 1,5 jam juga untuk sampai k epos 4 ini. Sesampainya di pos 4, kami menyempatkan diri makan roti dan membuat kopi panas agar lebih bertenaga untuk mendaki sampai puncak. Setelah tenaga terisi kembali, kami pun melanjutkan perjalanan.

Kami pun bersemangat sekali menuju pos 5, pos terakhir di jalur pendakian ini. Namun sekitar setengah jam kami berjalan, tiba tiba kami mendengar suara raungan harimau. Memang benar katanya di gunung Lawu ini masih ada harimau. Kami pun berhenti dan tidak membuat suara agar harimau itu tidak mengetahui kami. Kami pun bingun asal suara raungan harimau itu dari sebelah mana. Yang pasti, rasanya seperti di tengah hutan dan dikepung oleh harimau. Kami hanya bisa berdoa agar harimau itu tidak mendatangi kami.

Raungan harimau itu terdengar sekitar 2 menit. Namun, dari arah kananku aku melihat ada daun daun pohon yang bergerak sendiri. Mungkinkah harimaunya ada di balik pohon pohon tersebut? Benar saja, tak lama kemudia terlihat seekor harimau keluar dari balik semak semak pohon tersebut. Entah melihat kami atau tidak, harimau itu berjalan dengan gagahnya namun menjauh dari kami. Tiba tiba harimau itu berlari menjauh dari kami dan melompat. Anehnya, lompatan harimau itu terlihat sangat jauh dan tiba tiba menghilang. Memang jaraknya sudah cukup cauh dari kami, tapi kelihatannya harimau itu seperti menghilang begitu saja dan tak terlihat, bukan karena tertutup pohon atau masuk di balik semak semak. Kami pun jadi berfikir, apakah harimau itu harimu asli atau harimau jadi jadian? Kalau disuruh memilih antara harimau asli atau jadi jadian, sepertinya ini pilihan sulit.

Namun, kami pun lega dan tenang karena harimau yang kami bilang sebagai harimau jadi jadia itu sudah pergi. Meskipun kami masih dalam keadaan takut, akhirnya kami bergegas melanjutkan perjalanan kami ke pos 5. Sesampainya di pos 5, kami kembali beristirahat. Sepertinya hanya rombongan kami sendiri yang ada di pos 5 ini. Jadi, kami hanya beristirahat sekitar 15 menit dan segera melanjutkan perjalanan menuju Hargo Dalem sebelum menuju puncak gunung Lawu ini.

Dari pos 5 menuju Hargo Dalem diperlukan kira kira waktu sekitar 1,5 jam juga. Medannya lumayan membuat kami sangat capek. Tetapi kami tetap menguatkan tubuh ini agar bisa sampai puncak. Di tengah perjalanan sebelum sampai Hargo Dalem, kami mendapati sebuah sabana yang luas. Sabana di lereng gunung Lawu ini sering disebut pasar bubrah atau pasar setan. Jika sebelumnya aku sudah berbagi pengalaman di pasar setan gunung Merapi, ternyata pasar setan gunung Lawu lebih angker.

Saat melewati pasar setan gunung Lawu ini, kami mendengar sura gaduh seperti suara ibu ibu yang sedang tawar menawar harga layaknya di pasar. Ini bukan hanya kata orang tetapi memang terjadi pada ku dan rombongan. Kami benar benar mendengar suara suara tersebut tanpa melihat adanya banyak orang di situ. Karena aku sudah pernah mengalami ini sebelumnya di Gunung Merapi, akupun lebih memilih cuek meskipun bulu kudukku berdiri dan jantungku berdetak kencang.

Langkah demi langkah kami lalui dan kami hampir berhasil melewati pasar setan ini. Namun 20 meter sebelum pasar bubrah ini terlewati, ada terlihat asap dari arak kiri kami. Asap itu bukan seperti kabut biasanya. Asap itu terlihat aneh seperti membentuk sesuatu. Kami tak sempat memotretnya karena dalam keadaan takut saat itu kami hanya focus dan berdoa agar selamat sampai tujuan dan bisa kembali lagi. Kami berjalan sambil mengamati kepulan asap itu. Tiba tiba di balik asap itu terlihat seperti bayangan kepala tengkorak. Hanya kepala tengkorak yang terlihat samar samar dan 5 di antara kami melihatnya termasuk aku sendiri.

Melihat bayangan tengkorak yang samar samar itu kami langsung lari dan 3 orang teman kami yang tidak melihatnya pun ikut lari. Kami berusaha lari kencang tapi tak bisa karena selain kaki sudah terasa kaku, kami juga membawa beban berat sehingga tak memungkinkan kami untuk lari cepat. Namun, akhirnya kami sudah jauh dari tempat di mana bayangan tengkorak itu berasal.

Beberapa menit setelahnya, kami sampai ke Hargo Dalem, kami istirahat lagi. Sebenarnya untuk menuju puncak sudah tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 30 menit sampai 45 menit lagi. Namun, rasa lelah benar benar membuat kami harus beristirahat. Kami pun membuat kopi lagi. Bahkan ada teman kami yang membuat mie rebus.

Saat menyalakan kompor portable, temanku tiba tiba keget seperti orang melihat setan. Keringat dingin keluar dan wajahnya sangat pucat. Apa yang terjadi? Ternyata temanku melihat sesosok yang berbadan besar dengan banyak bulu di sekujur badannya dari mulai kepala hingga kaki. Katanya, matanya merah menyala. Anehnya, selain teman kami yang satu itu tidak ada yang melihatnya. Karena ia begitu ketakutan, kami semua juga ikut ikutan takut. Kemudian, kami semua lari. Karena terburu buru, kompor dan nesting serta kopi dan mie yang belum sempat kami buka pun tertinggal di Hargo Dalem. Untungnya tidak ada barang berharga kami yang tertinggal. Compor dan nesting pun juga punya dia sendiri dan bukan menyewa, jadi tidak terlalu dipikirkan meskipun ia berharap esok hari saat turun gunung masih utuh ditemukan dan bisa ia bawa pulang lagi.

Setelah capek berlari, kami berjalan cepat. Aku mengajak berhenti sebentar namun temanku yang melihat penampakan menyeramkan tadi tidak mau dan lebih memilih berjalan terus. Mungkin karena ingin cepat sampai puncak dan banyak orang di sana yang mendirikan tenda. Akhirnya, kami pun sampai di area camping ground di puncak gunung Lawu. Kami pun akhirnya mendirikan 2 tenda dan masih masing diisi 4 orang. Aku setenda dengan temanku yang melihat penampakan tadi. Di dalam tenda ia bercerita kalau ia melihat sosok yang (mungkin) gederuwo itu mentp tajam ke arahnya. Pantas saja dia sangat takut hingga wajahnya pucat. Aku pun mungkin demikian jika melihatnya langsung.

Tenda kami berdiri sekitar jam 1 malam. Kami yang sudah sangat lelah pun segera bersiap siap untuk tidur. Kami sengaja mematikan lapu tenda agar tidak mengganggu saat tidur. Alhasil, baru beberapa menit kemudian kami sudah tidur pulas semua. Namun, tak berapa lama kemudia tiba tiba teman di sampingku berteriak ketakutan. Aku yang tepat tidur di sampingnya pun juga ikut ketakuta. Lantas aku segera menyalakan lampu tenda. Temanku masih saja teriak histeris, tapi dalam keadaan matanya masih terpejam. Ternyata ia hanya mimpi buruk saja. Kami yang sudah panik dan takut pun merasa sedikit jengkel namun juga menahan tawa. Teman teman yang tidur di tenda sebelah pun juga ikut melihat ke tenda kami. Namun karena temanku tadi ternyata hanya mimpi buruk, justru semua jadi tertawa sambil sedikit jengkel.

Kami melihat jam ternyata pukul 3 pagi. Masih ada waktu sekitar 2 jam lagi untuk tidur. Teman temanku pun juga tidur. Aku pun juga mencoba untuk tidur. Kali ini lampu tenda sengaja tidak kami matikan tapi lebih diredupkan. Namun setiap kali memejamkan mata, seperti ada bayangan yang melintas di depan wajahku. Setiap kali seperti ada bayangan yang melintas akupun langsung membuka mata. Namun ternyata taka da apapun. Hingga beberapa kali hal ini terjadi terus. Akhirnya, aku mencoba cuek saat memejamkan mata dan seperti ada bayangan melintas. Tapi ketika aku tak membuka mata, bayangan itu seperti tetap ada di depan wajahku. Bahkan, tiba tiba aku merasa ada yang meniup kea rah wajahku. Sontak saja aku kaget dan bangun. Namun tidak ada apapun.

Sejak itu, aku tak tidur lagi hingga pagi. Aku hanya mainan hp hingga subuh. Setelah sholat Subuh, kami serombongan makan roti. Seberanrnya rencananya mau membuat mie dan kopi tapi kompor mini, nesting dan kopi tertinggal di Hargo Dalem tadi. Setelah kira kira agak terang, kami keluar dari tenda dan bersiap menyambut mentari terbit. Akhirnya, pengalaman misteri mendaki gunung Lawu ini terbayar dengan keindahan di pagi hari. Kami pun tak menyesal mendaki gunung angker ini meskipun tadi malam berkali kali diteror makhluk halus. Agair tidak pulang hingga petang, kami segera turun gunung setelah puas berfoto foto ria. Untuk sobat hantupedia yang suka mendaki gunung, kalian harus siap jika hal hal mistis semacam ini terjadi.








Sumber : http://hantupedia.com

0 Response to "Pengalaman Pribadi : Kisah Misteri Mendaki Gunung di Yogyakarta dan Jawa Tengah ."

Posting Komentar

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==