Misteri Tulisan Kuno di Serpihan Meriam Sultan Agung yang Belum Terpecahkan - TRIBUNNEWS.COM YOGYAKARTA

2 alasan sultan agung menyerang batavia, 2 alasan sultan agung merencanakan serangan ke batavia, 2 karya sultan agung, 3 alasan mengapa sultan agung melakukan serangan ke batavia, 3 alasan mengapa sultan agung merencanakan serangan ke batavia, 3 alasan sultan agung menyerang batavia, 3 alasan sultan agung merencanakan serangan ke batavia, 3 kegagalan sultan agung menyerang batavia, 4 alasan sultan agung melancarkan serangan ke batavia, 4 alasan sultan agung menyerang batavia, 4 alasan sultan agung merencanakan menyerang batavia, 4 alasan sultan agung merencanakan serangan batavia, 4 alasan sultan agung merencanakan serangan ke batavia, 4 keahlian sultan agung, 4 prestasi sultan agung, 5 kegagalan sultan agung menyerang batavia, 5 prestasi sultan agung, agung sultan qaboos, alamat jl sultan agung 57, alamat sma sultan agung 3 semarang, apotek sultan agung jogja, biografi sultan agung adi prabu hanyakrakusuma, biografi sultan agung hanyokrokusumo, biografi sultan agung raja mataram, biografi sultan agung wikipedia, d'hotel jalan sultan agung, d'hotel jalan sultan agung jakarta, d'hotel jl sultan agung, d'hotel jl sultan agung jakarta, d'hotel sultan agung, distro di sultan agung bandung, ekspedisi sultan agung, evil sultan agung, foto sultan ageng tirtayasa, foto sultan agung, foto sultan agung raja mataram, gerakan sultan agung 78, hotel di sultan agung batu, hotel di sultan agung semarang, ilmu sultan agung, jadwal dokter rs sultan agung semarang, jalan sultan agung 57 kediri, jalan sultan agung kediri, jalan sultan agung lumajang, jalan sultan agung ngawi, jalan sultan agung no 7 bandung, jalan sultan agung no 96 semarang, jalan sultan agung semarang, jalan sultan agung utara malang, jalan sultan agung way halim, jalan sultan agung way halim bandar lampung, jalan sultan agung yogyakarta, jam besuk rs sultan agung semarang, jl sultan agung, jl sultan agung 57, jl sultan agung 57 kediri, jl sultan agung 7, jl sultan agung bekasi barat, jl sultan agung jakarta selatan, jl sultan agung kediri, jl sultan agung magelang, jl sultan agung no 9 bandung, jl sultan agung no 92 semarang, jl sultan agung ponorogo, jl sultan agung purwokerto, jl sultan agung semarang, jl sultan agung tegal, jl sultan agung tirtayasa bandung, jl sultan agung yogyakarta, jl. sultan agung no 7 bandung bandung indonesia, jl. sultan agung no. 144 semarang, jl. sultan agung no. 67 a yogyakarta, jln sultan agung no 7 bandung, jne sultan agung lumajang,

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Satu serpihan meriam diduga kuat dari zaman Sultan Agung menyisakan misteri yang amatlah menantang.
Deretan aksara Jawa yang tersisa di fragmen meriam besar itu belum terpecahkan artinya.

Jika deretan aksara itu dapat dibaca, kemungkinan dapat memberi petunjuk pasti mengenai senjata ini.

Fragmen meriam kuno itu saat ini jadi koleksi Museum Plered.
Denny Perbawa, edukator Museum Plered, Rabu (13/9/2017), mengaku belum sempat mendengar cerita pembacaan aksara oleh ahli.

Namun tulisan itu diperkirakan dibangun tidak bersamaan produksi meriam.
Berbahan semacam tembaga, tulisan itu terkesan dibubuhkan di permukaan besi cor badan meriam tahap belakang.

Menurut Denny, serta juga data benda cagar budaya, fragmen meriam itu ditemukan di Dusun


Dusun ini terletak di timur Kali Opak, bisa juga sebelah timur komplek situs Keraton Plered yang berpusat di kurang lebih pasar serta Museum Plered yang sekarang

Fragmen itu sesuai data Balai Cagar Budaya, berkapasitas panjang 55 cm, lebar 29 cm, serta tebalnya 16 cm.

Dilihat dari ciri-ciri tahap permukaan maupun dalam yang menunjukkan ujung dalam tahap laras, fragmen itu berasal dari tahap kurang lebih ruang mesiu.
Bagian itu kemungkinan pecah saat/ketika meriam itu meledak serta berkeping-keping saat/ketika digunakan.

Diduga kuat ada tiga bisa juga empat tahap besar fragmen pecahan meriam.
Sayang, tidakhanya fragmen yang dipajang di Museum Kerta, tidak ada temuan lain.
Laras tahap ujung kemungkinan besar tetap utuh, terlempar di radius yang lumayan jauh dari posisi ledakan.

Dilihat dari lengkungan laras di fragmen yang tersisa, meriam ini termasuk kaliber menengah bisa juga besar.

 
Serpihan meriam di Museum Plered. TRIBUN JOGJA/KRISNA SUMARGO

Ada dua ciri lain yang tetap dapat dilihat di fragmen ini.
Yaitu tahap ujung dari motif sulur yang dicetakkan di permukaan besi cor.
Satu lagi, galur embos persegi empat yang belum diketahui peruntukannya.

Selain itu tidak ditemukan ciri lain. Bobot fragmen ini kurang lebih 50 hingga75 kilogram.
Perihal asal usul meriam serta zaman siapa dibuat, kesempatan besar ada di era Sultan Agung yang politiknya amatlah ekspansif.

Hampir tiap tahun di masa raja legendaris Mataram Islam itu terjadi peperangan.

Sultan Agung pula penguasa yang berani menantang VOC, mengirim bala tentaranya ke Batavia.
Pasukan Mataram mempunyai persenjataan yang luar biasa kala itu, termasuk aneka meriam kecil sampai-pada berkapasitas jumbo.

Buku Dr HJ De Graaf (Runtuhnya Istana Mataram, 1987), menyebut, saat/ketika Amangkurat I di ambang keruntuhan, militernya tetap mempunyai 10 meriam besar serta 20 ribu prajurit di Plered.
Dengan kekuatan sebesar itu, keruntuhannya seharusnya tidak terjadi saat/ketika pasukan Trunojoyo menyerbu.
Serpihan meriam di Museum Plered. TRIBUN JOGJA/KRISNA SUMARGO

Namun, Plered pada akhirnya runtuh itu dikarenakan konflik internal yang mematikan.
Pertempuran saat/ketika Trunojoyo serta Raden Kajoran menggempur Mataram terjadi di sejumlah front.

Hampir semuanya menggunakan_dengan artileri meriam kecil, sedang, maupun besar.

Ini menunjukkan era Amangkurat I, arsenal Mataram termasuk top.
Berbeda dengan ayahnya yang ekspansif, raja penyendiri ini kemungkinan besar mewarisi senjata masa Sultan Agung.

Termasuk meriam berkapasitas sedang yang dikasih nama Nyai Setomi. Waktu ini meriam Nyai Setomi jadi barang pusaka di Kasunanan Surakarta.

Ketika Trunojoyo menggempur Plered, senjata penghancur buatan Portugis yang diperoleh Sultan Agung, meriam ini tidak ikut dirampas itu dikarenakan berat.

Setelah Amangkurat II naik tahta serta mendirikan kekuasaan di Kartasura, meriam ini ikut dibawa.
Ketika Kartasura hancur, serta keraton pindah ke Sala, Nyai Setomi pun ikut diboyong.
Meriam dahsyat yang juga timbul di masa Sultan Agung pasti saja Kyai Pancawura bisa juga meriam Kyai Sapujagat.

Meriam ini kini ada di depan Pagelaran Kasunanan Surakarta.
Ukurannya amatlah jumbo, meski belum dapat mengalahkan meriam "Anak Makassar" di benteng Somba Opu.

Meriam Kyai Pancawura ini lebih besar dari meriam Kyai Amuk yang dibangun dengan petunjuk cor di Demak pada 1527/1528.

De Graaf mencatat, Pancawura bisa juga yang juga dikenal dengan nama Kyai Guntur Geni ini dibangun pada 1623, berdasarkan sengkalan di akronim Pancawura (Pandita Catur Wuruk ing Ratu).
Konon meriam raksasa ini tidak dibekali proyektil, serta dinyalakan cuma sebagai kekuatan penggentar bisa juga alat memobilisasi massa sejak 1625 di Keraton Kerto.

Bahan meriamnya tidak lebih kuat serta sistem pengecorannya pun jelek, jadi apabila diisi proyektil justru dapat membahayakan.

Kembali ke fragmen meriam di Plered, deretan singkat tulisan aksara Jawa di permukaan amatlah menantang dipecahkan.

Siapa tahu, tulisan itu bakal menguak misteri Mataram beratus tahun lalu. Kamu kah orang yang dapat menguak misteri ini? (xna/TRIBUNJOGJA.COM)

Baca selengkapnya.....

0 Response to "Misteri Tulisan Kuno di Serpihan Meriam Sultan Agung yang Belum Terpecahkan - TRIBUNNEWS.COM YOGYAKARTA"

Posting Komentar

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==